Tips android terbaru | Trik bermain game android lengkap

VG : Ardan Lore I & Kestrel Lore 3 - Impossible Decision (Bahasa indonesia)

Ardan Lore I & Kestrel Lore 3 - Impossible Decision

Impossible Decision
Impossible Decision

“Aku tidak butuh izinmu untuk membeli seekor kambing,” kata Julia.”susu kambing sangat lezat, dan kita dapat membuat keju dengan itu.”

Mereka telah berdebat sepanjang malam. Ardan membungkuk di atas sarung tangannya yang kuat, ia sedang membersihkan tepian panggangan agar sirkulasi udara lebih lancar. Di halaman luar, kambing menjerit kedalam kegelapan tanpa bulan. "Kambing itu bau dan berteriak seperti iblis," marahnya. "kambing itu tidak berhenti selama satu jam. Bagaimana si kembar akan tidur?"

“Anak-anak butuh hewan pelihara. Kau menjatuhkan serutan logam di sofaku?”

“dan siapa yang akan membuat keju? Kapan kau pernah membuat keju, yang mulia?”

“Aku bisa membuat keju!” teriak Julia. Dia keluar dari ruangan dan membanting pintu, tangisan si kambing mendramatisir saat dia keluar.

Celeste keluar dari kamarnya, mengusap matanya yang mengantuk.”Ayah? Ibu baik-baik saja?”
Dia memiliki logat dari ibunya, Ardan memeluk anak itu dengan tangannya yang tanpa pelindung dan mencium keningnya.”Ibu menjadi konyol”.”apa itu konyol?” “Ibumu membawa seekorkambing kerumah tanpa bicara pada ayah.”

“Aku suka kambing.” Kata Vox, mengikuti saudarinya. Dia duduk dikaki ayahnya, memeluk kakinya selagi Ardan membawa Celeste kembali kekamarnya, sambil melihat kejendela dengan kambing yg masih berteriak.

“Kau suka ide kambing ini. Tak ada dari kita yang tau cara merawat kambing.”

“Ada bayi yang menangis diluar,” kata Celeste, setangah tidur. “itu sikambing bodoh,”Kata Ardan, sambil mengembalikan Celeste ketempat tidurnya. Vox melepas pelukannya.”dia ketakutan,” kata Vox. “mungkin juga kesepian.” “itu kambing betina, ayah harap itu benar betina, atau mimpi ibumu soal keju menja....” Ardan berhenti, melihat keluar jendela. Kambingnya berhenti berteriak. Adrenalinnya terpacu. “Sembunyi, kalian berdua. Jangan membuka pintu.” Tidak ada waktu untuk meyakinkan mereka mengikuti perintahnnya atau tidak. Dia berlari kekamarnya.”Julia,” bisiknya kedalam pintu kamar, “mereka disini.” Julia membuka pintu, wajahnya berubah pucat.”Sekarang?”

“Diluar.”

Baju perangnya masih berserakan diruang depan karena sedang diperbaiki. Peralatan berserakan dilantai “kaki duluan,” teriak Ardan, sambil menginjak sepatu tempurnya. Julia merangkak dengan baju malamnya, dia masih mencoba untuk bangkit.

Panel tombol pada baju perang Ardan mendesing dan berderu, lalu mengeluarkan suara: “System Offline.” Ardan memukul-mukul armornya dengan tangan kirinya.”Sumber energi sialan...”

“Shh.” Tangan Julia yang hitam dengan minyak, wajahnya berlepotan saat ia menyentuh dan terhubung dengan sarung tangan tempur Ardan. Dia menatap pintu, ke dalam ruangan. Tidak ada suara sedikitpun. Bahkan suara kambing. “kau yakin mereka...”

“System online.”

Kaca pecah. Ardan berbalik menghindar tepat pada waktunya, sebuah panah logam menggores plat baja di dada Ardan. Ardan mengumpat, lantai kayu berderit menahan berat dari baju besi Ardan. "Aku akan mengawasi pintu depan."

“Tapi senjatamu!”

“Ini tidak berguna, kecuali kau ingin aku meledakan rumah. Tetap dibelakangku.”

Julia menutup matanya. Membalik telapak tangannya keatas.”aku akan melindungimu,” kata Julia, cahaya hijau muncul dari tangannya.

Ardan meringis, kekuatan sihir itu selalu memberinya keberanian. “Aku bisa menanganinya sendiri."

Tangan muncul dari jendela, memegang sebuah busur panah, dan kemuadian seorang pemanah masuk kedalam.  Wanita lainnya mengikuti dan dan dia mengeluarkan pedangnya. Yang lain berdatangan dibelakannya, para penyihir, para pembunuh, semua menggunakan lencana yang sama.

“Stormguard!” teriak Ardan, tapi julia tidak sadarkan diri seperti kesurupan.

Armor Ardan  mengerang dan berdengung saat ia bergerak maju, sangat lambat, saat Stormguard menyerang. Mereka bergerak bersama-sama, masing-masing dengan senjata meraka yang sudah terpasang sejak kecil. Dia berlari kedepan, energi berdengung melalui baju besinya, mendorong dia, Besi memanas, logam retak pada plat besi didadanya. Ketika dia berbalik sebuah panah menyerempet wajahnya, dan meninggalkan luka bakar. Dia meleset, panahnya tergeletak di lantai.

Yang lainnya mengeluarkan perisai dari kayu, baja, dan sihir untuk menahan serangan Julia dan Ardan.  Ardan menerobos kedepan, menghantam mereka, menerbangkan mereka dan membentur dinding. Darah mereka berceceran di sofa. Mereka tergulung dikaca yang pecah, senjata mereka terhempas dari pemiliknya. Ardan tidak dapat menahan setiap serangan. Pedang menggores lengan dan wajahnya, sihir menyengat dan membekukan dengan suara yang memekakan telinga. dia menjadi dinding diantara musuh dan istrinya, seketika, dia merasa kehangatan yg berasal dari Julia, sebuah selimut menyelimutinya, menutup lukanya, melelehkan es dan memberinya kekuatan. Ini bukan kekuatan biasa.  Ardan akan melakukan apapun agar keluarganya selamat.

Dan kemudian, sebuah ledakan.

Semua seketika hening. Ardan terdiam. Gelombang ledakan melumpuhkan kaki,tangan,lehernya. Dia tidak bisa berteriak. Dia tidak bisa berkedip. Dia bisa mendengar suara bising dari baju besinya, suara rintihan dari para Stormguard yang tergeletak, tapi dia tidak bisa bergerak. Dia hanya bisa melihat pintu depat terbuka, dan Stormguard yang terakhir masuk, seperti telah diundang. Dia memegang perisai dan pedang, seekor burung gagak bertengger dipundaknya. Dia melihat-lihat kedalam ruangan. Dia menunjuk kan jarinya pada dua penjaganya . Dia menunjuk kearah kamar sikembar dan kedua penjaga tersebut berlari kearah kamar tersebut. Wanita itu bejalan melewati Ardan seakan-akan dia tidak ada menuju ke Julia yang berdiri terdiam dengan gaun malamnya. “Catherine,” rintih Julia.

“Memalukan,”bisik Catherine sambil mengacungkan pedangnya pada dada Julia.

Jantung Ardan berdegub satu kali. Udara memasuki paru-parunya dan dia batuk. Di kanannya, dua Stormguard membawa sikembar, tidak bergerak seperti dia.

Dikirinya, Julia melihat kedalam mata Catherine.

Jatungnya berdegub tiga kali.

Disisi lain, anak-anak atau istrinya bisa mati, tergantung mana yang dia selamatkan.

Dia berlari.

Pedang Catherine, berbalik kesamping, meluncur dengan mudah diantara rusuk Julia. Di Nafas terakhirnya berhembus nama Ardan. Seiringan dengan itu dia menghempaskan sihir hijau terkhirnya mengenai Ardan. Hadiah terakhir Julia kini menjadi bagian dari dirinya. Memberinya kekuatan yg dia butuhkan. Ardan mendekap sikembar dan menerobos keluar jendela. Dua Stormguard yg membawa anak-anaknya tadi tergeletak tak berdaya. Tak ada waktu untuk membunuh mereka... atau untuk membawa istrinya yang telah tewas.

Dia melarikan diri dari rumah itu menuju ke kegelapan. Melewati kambing malang yang mati. Yang tadinya berteriak kini terdiam oleh anak panah yang menembus lehernya. Anak-anak masih terdiam, meninggalkan pertanyaan kepada burung hantu malam di pepohonan.

Translate by : Norman Ramadhan
Official Lore : http://www.vainglorygame.com/news/ardan-lore-impossible-decision/

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : VG : Ardan Lore I & Kestrel Lore 3 - Impossible Decision (Bahasa indonesia)